Senin, 13 Juli 2015

Mesjid Rumahku

saya akan menceritakan sebuah cerita tentang masa kecil saya di masjid dekat rumah saya. Nama masjid ini adalah masjid Al Rosyidin, diberi nama sesuai dengan nama penyumbang terbesar dalam pembangunan masjid yaitu Haji Rosyidin. Memang terdengar agak rasis, tapi itu lah kebiasaan tempat tinggal saya, selalu memandang bagus pada orang orang dengan harta dan kedudukan yang tingggi, sampai nama orang yang punya kedudukan ini dipakai untuk nama masjid. Tapi saya tidak mau berkomentar lebih, itu hanya pandangan dan analisa saya belaka. Back to topic, cerita ini bukan cerita mengenai orang orang yang punya kedudukan tinggi di daerah saya,. Cerita ini adalah cerita tentang masa kecil saya sebagai seorang murid didik pengajian di masjid Al Rosyidin. Saya menulis ini ketika mendapatkan ide saat melaksanakan sholat taraweh di Masjid hari ini. Ok mari mulai……..

Dulu ketika saya kecil, tepatnya berumur 4 tahun saya adalah anak anak yang imut nan ganteng yang suka sekali bermain dengan teman sebaya. Hampir setiap hari bermain, tiada hari tanpa main. Kadanga main di luar, kadang main di rumah, kadang main di masjid. Masjid adalah area bermain yang menyenangkan, masjid menyediakan tempat yang luas dengan alas karpet lembut di bawahnya, selain itu masjid sangat sepi ketika jam jam biasa kecuali kalau waktu sholat pasti penuh. Hal itu yang menyebabkan masjid adalah tempat bermain ideal bagi anak anak.
Saya ingat sekali dulu permainan yang sering saya lakukan di masjid adalah “kikiperan” permainan ini berasal dari kata kipper yaitu penjaga gawang. Permainan nya sederhana, caranya yaitu yang pertama kita harus buat apa yang akan dilempar ke gawang lawan, bisanya saya buat dari peci teman saya yang enak untuk dilempar, kedua kita harus punya lawan main, pilihlah teman yang bisa diajak tertawa bersama. Ketiga kita harus punya gawang masing masing, biasanya gawanya adalah tembok yang kita tandai tihang gawangnya. Keempat, mari mainkan, caranya tinggal melempar peci tadi ke arah lawan kita, usahakan sampai masuk ke gawangnya biar kita menang, dan usahakan tangkap lemparan lawan supaya tidak kebobolan, kalau kebobolan kamu kalah. Asik sekali jika diingat ingat, yang paling asik adalah setelah permainan ini berakhir. Biasanya yang kalah akan menggendong pemenang permainan. Nah itu salah satu permainan yang menyenangkan saat di masjid.

Selain permainan itu, masih banyak lagi permainan lainnya seperti petak umpet, yaa tentu saja masjid adalah tempat sempurna untuk sembunyi, saat orang lain menjadi ucing tips buat kamu, kalau kamu engga mau ketahuan maka ngumpetlah di masjid. Itu selalu berhasil, saya buktinya, belum pernah ketemu kalau ngumpet di masjid, tapi kalau di marahain penjaga masjid sering hehe
Permainan selanjutnya adalah permainan ucing udag, permainan ini kita hanya harus menghindar dari sentuhan beracun ucing yang mengejar kita, jika kau kena sentuhan nya maka kau adalah ucing selanjutnya dan harus mengejar orang lain lagi, untuk menularkan lagi sentuhan beracun mu. Begitu seterusnya sampai caper semuanya.

Lanjut ke permainan ucing beling, permainan ini adalah permainan menemukan sebuag benda yang disembunyikan, kalau misalkan ketemu maka kamu menang kalau kamu nyerah atau melebihi waktu kamu akan kalan dan bersiaplah untuk dihukum hehe dan masih banyak lagi permainan sepert ucing baledog, perepet jengkol, ampar pisang, kembali cangkir, kakaretan, titinggian dan lain lain


Intinya asik sekali bermain di masjid itu, bersenang senang tanpa beban yang penting kita tertawa haha. Tapi itu dulu, saat saya masih kecil, sekarang umur saya sudah 20 tahun itu berarti sudah 16 tahun yang lalu. Tapi saat ini saya masih menikmatinya sebagai sebuah bagian dari masa kecil saya yang bahagia. Kenangan ini akan membuat saya senang jika mengingatnya. Saya berjanji jika saya sedih, saya akan mengingat hal hal ini. Terimakasih kenangan masjid Al Rosyidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELAHIRAN GAVIN

Sudah lama sekali tidak menulis, padahal banyak momen yang menarik yang seharusnya tertulis tetapi berlalu begitu saja. Saking lamanya tidak...